Minggu, 28 November 2010

Putih, Putih, Putih


Meratap bagai bayi
terkapar bagai si tua rentah
di padang mahsyar
di padang penantian
di depan pintu gerbang janji keabadian
saksikan beribu-ribu jilbab
hai! bermilyar-milyar jilbab
samudera putih
lautan cinta kasih
gelombang sejarah
pengembaraan amat panjang
di padang mahsyar
menjelang hari perhitungan
Dan alam raya
Jagat segala jagat
Bintang-bintang dan ruang kosong
Mendengar panggilan itu
Dengan telinga ilmu seratus abad:
Wahai jiwa bening!
Wahai mutmainnah
Kembalilah kepada Tuhanmu.

Dengan rela dan direlakan
Masuklah ke pihakku
Masuklah ke surgaku
Wahai jiwa
Wahai yang telah jiwa
Wahai telaga
Yang hening
Hingga tiada!
Karya Rohani Amin

Selasa, 23 November 2010

My best Uncle forever

     Dia adalah A.Munir Pammu. Bagiku beliau adalah sosok pemuda yang tenang, bijaksana dan adil pada semua anggota keluarganya. Memang dariku tak banyak yang bisa ku ceritakan karena semasa hidupnya Aku pun tak begitu akrab dengannya. namun saat sepeninggalnya, Aku tanpa terasa meneteskan air mata. Tak tau mengapa demikian, namun Aku merasakan kepergian dan kesedihan yang teramat dalam atas kepergian beliau. Ia meninggal karena perlakuan orang-orang yang iri disekitarnya.

     Semua itu berawal dari pekerjaannya disalahsatu koperasi milik negara. Ia dipercayakan untuk memegang jabatan yang sangat penting dikoperasi tersebut, entah jabatan apa itu. Umurku masih berkisar 7 tahunan saat itu, maka dari itu Aku belum tau banyak tentang jabatan. Akibat hal tersebut, banyak orang-orang yang iri dengannya. Sehingga pada suatu waktu Ia dipanggil untuk dimintai keterangan oleh polisi. Ia difitnah oleh teman karibnya sendiri bahwa Ia telah menyembunyikan uang koperasi entah berapa jumlahnya. Yang jelas seingatku uang itu dalam jumlah angka yang besar sehingga semua anggota keluargaku dirundung masalah pada saat itu. Aku yang masih terbilang anak-anak hanya dapat menjadi antena, mendengarkan cerita orang-orang yang ada disekelilingku.

      Terdengar suara tangisan yang sebenarnya tidak seharusnya ada. Omku akhirnya memutuskan untuk menyerahkan diri ke polisi untuk menerima hukuman yang sebenarnya tak seharusnya Ia jalani. Ia lebih memilih dipenjara daripada harus membuat susah keluarganya. Sungguh sosok yang sangat mulia.

      Berkisar 1 bulanan Ia dipenjara. Suatu hari orang yang selama ini tidak dicurigai sama sekali datang mengunjungi beliau. Ia datang dengan tangan yang menenteng rantang berisikan makanan khas bugis. Makanan tersebut juga termasuk makanan favorite beliau. Selang dua hari dari pengunjungan tersebut, Om ku jatuh sakit. Ia segera diberikan pertolongan pertama oleh RS Bayangkara. Dokter yang bertugas di RS tersebut memponis bahwa dirinya mengidap penyakit DBD. Gejala awal beliau hanya muntah-muntah, namun selang dua hari badannya mulai membengkak dan kukunya coklat kehitam-hitaman.

Kata-kata beliau yang sampai sekarang masih terngiang yaitu ketika Ibuku bertanya padanya "Kapanqi kira-kira keluar dari sini pung?" Beliau menjawab "InsyaAllah hari selasa saya keluar dan hari Rabu sayya bebas". Dan apa yang terjadi? beliau keluar dari penjara pada hari Selasa dan meninggal dunia pada hari Rabu tepat satu hari setelah malam hakikah adik bungsuku. Bahkan beliau belum sempat melihat wajah adikku seperti apa.

     Setelah diusut oleh polisi, ternyata akibat kematian Omku adalah keracunanan makanan. Dan ternyata yang meracuni dan memfitnah beliau adalah teman karibnya tersebut.
I Miss U Om.. :')

Senin, 22 November 2010

Kasih Yang Murni

Karya : San2

      “Seharian aku disini ………………..kehujanan” jerit seorang pengemis. Kupalingkan wajah sesaat. Dasar pengemis tua, gerutuku. Aku sendiri kelaparan, kehujanan dan lain-lain. Namun aku masih berusaha sabar.


***

Kota Bandung memang dingin., sedingin jiwaku. Kota ini begitu kejam, entah sudah berapa lama aku terkatung-katung. Kuliahku berantakan, dan aku tidak punya uang sepeserpun. Ingin sekali aku pulang. Aku merindukan pempek serta bau cuka yang khas. Aku kangen pada tampang garang orang Palembang. Terutama bicara yang ketus, dan tanpa basa-basi. Yach, meskipun sikap mereka kasar dan to the point, tapi kelembutan hati mereka tiada terkira.


Aku rindu Ayah, Ibu dan Kak Bobby serta Mily, adikku. Tapi sebuah musibah terjadi telah merenggut orang-orang yang kusayangi serta kebahagiaanku. Kejadian yang sungguh menyakitkan. Ketika itu aku berada di Bandung, sedangkan keluargaku sedang jalan-jalan ke daerah Indralaya (masih berada di daerah Sumsel). Tanpa diduga mobil ayah dihantam sebuah truk dengan kecepatan tinggi. Ibu dan Milli meninggal dunia dan ayah bisa diselamatkan walaupun sempat koma dan mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya. Sedangkan Kak Bobby tidak ikut dalam perjalanan tersebut, sehingga ia baik-baik saja.

Kepedihan yang mendalam masih tersisa. Walau duka menyelimuti, aku tetap bertahan kuliah di Bandung. Setahun, kiriman masih lancar. Tapi kemudian kiriman mulai tersendat, dan sampai akhirnya tidak ada kiriman dana lagi. Beberapa kali aku mengirim surat tapi tak juga dibalas. Sedangkan telepon tidak pernah nyambung. Komunikasi dengan keluarga Palembang benar-benar terputus. Sampai akhirnya aku terkatung-katung dan tidak bisa kembali ke Palembang.

***

Tadi ibu kost datang untuk menagih. Ia sudah berbaik hati membiarkan aku tinggal selama 3 bulan tanpa membayar ditambah tunggakan 3 bulan sebelumnya. Ia juga manusia dan perlu uang. Aku menyadari hal tersebut.

Aku pun pergi dengan satu koper dan sebuah ransel. Hatiku menangis, teriris, pedih. Inilah hidup yang sebenarnya. Ingin kembali ke masa dulu, dimana ada kehangatan, keluarga yang lengkap dan masalah yang selalu bisa diselesaikan bersama-sama. Aku menyesal sekali, kenapa aku memilih kuliah di Bandung? Kenapa tidak kuliah di Palembang saja? Kenapa tidak mengikuti saran Ibu untuk bekerja?

Nasi telah jadi bubur. Aku menggigit lidah yang kelu. Seharusnya aku bisa menjadikan bubur tersebut menjadi bubur ayam. Tapi aku lemah, tanpa support keluarga, tanpa dukungan seseorang.

***

Hari ini aku ke kampus. Aku cuma jalan-jalan untuk menemui sahabat-sahabat karena aku belum membayar uang semesteran jadi tidak mungkin aku bisa masuk ke kelas. Disana ada Cika, Elen, dan Giri.
“Erin, kemana aja loe?” Tanya Elen cemas. Aku tersenyum dipaksakan.
“Aku mau balik ke kampung halaman.” Jawabku berbohong.
“Beneran nih? Wajah loe pucat banget, Rin. Loe nambah kurusan.”kata Cika. Jika mereka mengetahui nasibku, mereka pasti tidak segan-segan untuk membantu. Tapi aku takut jatuh ke lembah yang sama seperti mereka. Mereka sering keluar masuk hotel bersama om om. Namun hanya mereka yang menghargaiku sebagai sahabat. Yang lain mencemoohku sebagai gadis kampungan.
“Rin, coba aja kamu gak nolak tawaran Om Danu waktu tuh, nasibmu gak bakal susah. Kiriman dari bokap tuh kagak ada gunanya:” sahut Giri.
“Maap, aku mau ke perpus.” Kataku tanpa mengindahkan perkataan Giri.
Mereka menatap kepergianku dengan kecewa.

***

“Rin….”Cika mengejarku.
“Ada apa?” tanyaku. Ia berdiri disampingku. Lalu kami duduk di taman.
“Rin, gua tau loe lagi ada masalah keuangan…” Cika menatapku ragu-ragu, tampaknya ia takut menyinggung perasaanku. Aku hanya membisu. Sesungguhnya masalah yang paling kukhawatirkan adalah keluarga. Aku merindukan Ayah dan Kak Bobby, Ibu dan Milly juga.
“Jadi rin, gua mau kasih loe sebuah bisnis. Tapi plis jangan kasih tau yang lain, Giri dan Elen juga.”
“Bisnis apa? Jualan?”sambarku.
“Bukan yang kayak gitu tapi……”ia membisikkan ke telingaku.
“APA???? COWOK????” jeritku.
“Pelan-pelan donk,” ia menutup mulutku.
“Aku kan sudah pernah bilang, kalo aku gak mau melakukan hal-hal seperti itu, Cik.”


***

“Loe tau Kiran kan?” Tanya Cika
“Cowok tajir yang belagu itu kan” jawabku. Cika mengangguk.
“Dia berani membayar duit sepuluh juta kalo loe mau pergi sama dia ke villa keluarganya selama tiga hari.”
“Gila kamu, Cik. Kamu mau jual aku pada cowok itu?” kataku marah.
“Bukan seperti yang loe pikirkan, Rin. Dia gak bakal berbuat yang macem-macem deh.” Janji Cika.
“Gak mau. Dia bisa merekayasa semuanya. Tapi aku tidak akan tertipu.” Cetusku dengan emosi sambil meninggalkan Cika.


***

Sambil menyusuri jalan, aku menahan tangis. Tak kusangka, Cika berani menawarkan hal seperti itu kepadaku. Padahal diantara sahabatku, dia yang paling menghormati prinsipku. Walaupun dibayar satu milyar, lebih baik aku mati daripada harus jual diri.
Aku tak punya harta yang berharga. Tapi kebanggaanku adalah aku belum berubah, aku tetap Erin yang lugu dan polos. Entah bagaimana nasibku selanjutnya. Yang kutahu, rizki dan takdirku ada di tangan Yang Maha Kuasa.
Sebuah sedan mengiringi langkahku, dan perlahan-lahan berhenti. Kaca jendelanya terbuka.
“Rin, bisa kita bicara?” Tanya Kiran. Ehmmm…dia mau apa? Apakah dia kira aku menerima tawarannya. Aku terus melangkah. Kiran keluar dari mobil dan menarik tanganku.
“Mau apa kamu?”tanyaku keras.
“Sebentar aja, Rin.” Ia memegang tanganku dengan erat dan mendorong tubuhnku secara paksa masuk ke mobil.


***

“Cika uda cerita?” Tanyanya tanpa basa-basi.
“Iya dan aku menolaknya.” Jawabku ketus.
“Kenapa, rin? Bukannya kamu lagi perlu uang?”
“Siapa yang bilang? Aku ini gadis baik-baik.” Kataku dengan jelas.
Ia menatapku sambil tersenyum.
“Justru karena kamu gadis baik-baik makanya aku memilih kamu.” Jawab Kiran.
“Ohhhhh….jadi kamu mencari mangsa pada gadis lugu.”
“Rin…kamu jangan berpikir yang aneh-aneh. Aku janji aku tidak akan menyentuhmu bahkan sehelai rambutpun.”
“Sebenarnya mau kamu apa, Kiran?”
“Aku cuma mau memperkenalkan kamu sebagai pacarku pada orang tuaku.” Jawab Kiran.
“Cuma itu?” tanyaku berusaha mencari celah dari niat Kiran sebenarnya.
“Oke, jika kamu tidak percaya, nih ambil” dia melemparkan sesuatu ke tanganku. Aku menjerit  tertahan karena terkejut.
“Ambil ini dan simpan. Jika aku lupa pada janjiku, Maka tusuklah aku dengan pisau itu.” Ucapnya yakin. Aku memandang pisau lipat yang ia berikan kepadaku.
“Gimana?” Kiran meminta kepastian dariku.
“Baiklah, tapi tiga puluh juta.” Jawabku dengan tegas.

***

Minggu, 21 November 2010

Standar inter"nasi"onal


Kisahnya dimulai saat Diah dan Ayu sedang mengobrol bersama di dalam kelas saat istirahat.  Tiba - tiba bel berbunyi dan Bu Helly yang akan mengajar pun masuk.  Sesumpek apapun pelajaran Bu Helly, Diah dan Ayu akan mendengar tanpa mencatat.  Di akhir jam pelajaran. "Anak - anak, sebentar lagi sekolah kalian akan diubah menjadi Sekolah bertaraf internasional.maka dari itu, ibu minta kalian dapat berbahasa inggris fasih dan lancar untuk dipakai di kehidupan sehari - hari.  Mengerti?" kata Bu Helly. Akhirnya bel tanda pelajaran Bu Helly selesai dan saatnya pelajaran Bu Shinta.  Lima menit, Sepuluh menit.  Bu Shinta belum juga datang.  Ketua kelaspun mencari Bu Shinta dan dapat jawaban dari guru lain bahwa suami Bu Shinta sedang sakit dan dirawat di rumah sakit. Ketua kelas segera menuju ke kelas.  Sesampainya dikelas. "Teman - teman, Bu Shinta gak masuk." Kata Ketua kelas muram. Sesaat semua diam. Satu kelas saling memandang satu sama lain. Tiba - tiba "Horeeeeeeee!!!!!!" Semua bersorak sambil berjingkrak.  Sambil mengisi waktu yang kosong, Diah dan Ayu bercanda bersama.  Mereka adalah sahabat serta teman sebangku yang kompak. "Yu, kita terapkan bahasa inggris yuk!" ajak Diah.  Ayu mengangguk setuju.  Ayu yang agak lemot mikirnya ini tiba - tiba berkata "buat apa, di?." , "Ya ampun Ayu, tadi kan dibilangin sama Bu Helly, sekolah kita sebentar lagi jadi standar internasional ni..." jawab Diah sambil menghela nafas. Diah pun memulai percakapan. "Good afternoon, Ayu. Have you finished your homework?" kata Diah. Ayu terkejut dan berpikir sampai mengerutkan keningnya. Bingung nya terlihat jelas dari bibirnya yang merengut ke arah kiri. Diah tertawa geli melihat sahabatnya yang "telmi" itu. Tiba - tiba Ayu berkata sambil menampilkan wajah sumringah "Good afternoon, Diah. Homework Ayu finished. Kalo homework Diah? how?" . Sejenak Diah meminta pengulangan kata - kata tersebut. Namun masih kurang jelas. Akhirnya Diah meminta Ayu menulisnya. Belum saja Ayu memberi tanda titik di tulisannya, Diah yang membacanya sudah tertawa ngakak hingga seisi kelas mendengarnya.Ayu yang heran dan bingung hanya bengong menampilkan wajah anehnya.Pulang sekolah, Diah dan Ayu mampir dulu ke warung nasi Mbak Tika yang nggak jauh dari sekolah mereka. Mereka makan siang bersama dengan nasi goreng buatan Mbak Tika. "Mbak, tadi lucu deh. Waktu pelajarannya Bu Shinta, kan bu Shintanya gak ada. Kita main percakapan bahasa inggris....,"  Diah menceritakannya begitu jelas hingga Mbak Tika ikut ngakak bersama Diah. Mbak Tika seorang tamatan SMP disekolah yang sama dengan Diah dan Ayu. Ia tamat di SMP karena harus mengurus adik - adiknya karena sang ibu menjadi TKI di Taiwan,sedangkan ayahnya telah meninggal dunia. Mbak Tika hanya berbeda 3 tahun dari Diah dan Ayu. Mbak Tika selalu meminta pengalaman mereka seharian bersekolah kepada Diah dan Ayu saat mereka mampir untuk makan. Tiba - tiba mbak Tika bertanya " Ayu, kalau bahasa inggrisnya nasi goreng itu, apa?" . "Ah, itu mah gampang Mbak, nenek Ayu juga tau." Jawab Ayu sok tau. Diah balik bertanya, "Emang apaan, Yu?. "Hmmm...Rice goreng!" Jawab Ayu. Sentak Diah dan Mbak Tika kembali tertawa ngakak. Kali ini lebih keras dari sebelumnya. Ayu pun marah dan cemberut. "Kok diketawain sih! emang salah apa?" kata Ayu membentak. Diah yang masih sakit perut karena tertawa terlalu banyak menenangkan Ayu. "Ayu, Rice emang bahasa inggrisnya nasi, kamu betul sih." kata Diah. "Trus, berarti Ayu betul donk. Kok diketawain sih?Aneh ni kalian." Bela Ayu sambil membentuk garis miring di dahinya dengan jarinya. Diah dan Mbak Tika tidak terima dibilang aneh plus 'sinting', jadi mereka mencubit pipi Ayu. "Eh, kok malah cubit - cubit sih!Ayu tanya, yang salah itu apa?" tanya Ayu marah. Tiba - tiba wajah Diah dan Mbak Tika merah "GORENG ITU BAHASA INGGRISNYA FRY, AYU! KALO NASI GORENG ITU FRIED RICE!!!!!!" Teriak Diah dan Mbak Tika marah. Ayu yang merasa salah segera menaruh uang lima ribuan di atas meja sambil mengambil ancang - ancang untuk kabur dari amukan Diah dan Mbak Tika. Kaburrrr!!! "Heh, jangan kabur kamu Ayu!" Teriak Mbak Tika. "Kemari kamu Ayu!!!" terik Diah menyambung teriakan Mbak Tika. Ayu lari terbirit - birit sambil direnteti teriakan dari Diah dan Mbak Tika. Ckckck...Ayu, Ayu...(geleng - geleng
by ADMIN
http://cerpen.net/cerpen-lucu/gilanya-bahasa-inggris.html

Moni...i'm beastiful (Kaos Kaki Moni)

Aku menatap cermin dengan bahagia. Kuamati wajahku dengan seksama. Aku gak terlalu jelek (bagiku nihh...yg syirik silakan minggat). Mataku emang bengkak sebelah kiri, gak tau penyebabnya apa, salah ngidam kali emakku. Bibir ini tebal. Hidungku mancung...sedikit. Hehehe, dan lihatlah bintik-bintik jerawat di pipi yang berlemak ini. Coba tengok rambutku, tebal dan berminyak, warnanya kemerah-merahan. Ah..gak papa, mungkin aq keturunan bule ye. He-eh...Ketika mataku turun ke bawah, kulihat tubuh yang tambun terutama bagian perut dan betis. Itu bukan masalah. Badan gendut, itu artinya aq sehat dan gak sia-sia emakku kasih makan."Moni.....cepetan bekacanya. Uda jam setengah tujuh." teriak emak.Kayak gak tau orang lagi seneng aja, gerutuku. Jarak rumah n skul emang jauh banget. Apalagi aku harus jalan kaki karena letak istana gubuk reyok ini di gang sempit yang berliku-liku. Cepat-cepat kucari kaos kaki yang uda banyak lobang anginnya itu. Tiga menit berlalu dan aku belum menemukan benda itu. Sementara emak uda teriak-teriak sampe saingan sama ustad Abdullah yang lagi ngaji di Mesjid yang letaknya 100 meter dari rumahku."Oh, my God" seruku kebarat-baratan sambil menepuk dahi."Bahasa mana tuh ?"tanya emak bingung."Gak tau mak. Moni sering dengar aja"jawabku sekenanya."Jadi apa hubungannya dengan kaos kaki yang ilang sebelah?" tanya emak lugu."Ya...justru karna itu mak. Biasanya kalo kaos kaki Moni ilang sebelah, biasanya pertanda buruk bagi Moni. Tapi kalo ilang dua-duanya, mungkin Moni bakal dapet jodoh kali ya, mak." seruku mendramatisir suasana."Mon, jangan pikir yang macem-macem. Buruan berangkat.""Kaos kaki Moni sebelahnya?"tanyaku. Emak mondar-mandir serius kayak setrikaan berusaha mencari jawaban."Pinjam ama tetangga aja!" sergah emak cepat.AKhirnya, aku keliling kampung tuk minjem kaos kaki. Siapa sih yang mau minjemin kaos kakinya? Napasku udah terengah-engah. Bibi Pon pun mau meminjamkan kaos kaki. Tapi.............. oh no.....coba tebak kenapa aq kagettt?
by http://cerpen.net/cerpen-lucu/moni-im-beastiful-kaos-kaki-moni.html

Satria In Bali

Cerita ini merupakan kisah nyata seorang tante yang saya temui di Bali, tetapi detail yang saya sebutkan mungkin tidak sesuai dengan kisah aslinya. Saya menuliskan apa yang saya tangkap dari yang diceritakan tante. Sebut saja Ami (bukan nama sebenarnya). Tante Ami bercerita mengenai pengalaman hidupnya ketika masa kuliah.Sekitar dua puluh tahun yang lalu, Ami sedang menjalankan semester terakhir dan berusaha menyelesaikan skripsi. Disaat itu pula, 2 minggu yang akan datang, Ami akan dipersunting oleh seorang pria yang bernama Iman (bukan nama sebenarnya).Ami dan Iman telah berpacaran selama 7 tahun. Iman merupakan teman SD Ami. Mereka telah kenal selama 14 tahun. Masa 7 tahun adalah masa pertemanan, dan kemudian dilanjutkan ke masa pacaran. Mereka bahkan telah bertunangan dan 2 minggu ke depan, Ami dan Iman akan melangsungkan ijab kabul.Entah mimpi apa semalam, tiba-tiba Ami dikejutkan oleh suatu berita.Adiknya Iman: Mbak Ami, Mbak Ami. Mas Iman…Mas Iman….kena musibah! Ami: Innalillahi wa inna illahi roji’un…Saat itu Ami tidak mengetahui musibah apa yang menimpa Iman. Kemudian sang adik melanjutkan beritanya…Adiknya Iman: Mas Iman…kecelakaan…dan..meninggal… Ami: Innalillahi wa inna illahi roji’un……dan Ami kemudian pingsan…Setelah bangun, Ami dihadapkan oleh mayat tunangannya. Ami yang shock berat tak bisa berkata apa-apa. Bahkan tidak ada air mata yang mengalir.Ketika memandikan jenazahnya, Amit terdiam. Ami memeluk tubuh Iman yang sudah dingin dengan begitu erat dan tak mau melepaskannya hingga akhirnya orang tua Iman mencoba meminta Ami agar tabah menghadapi semua ini.Setelah dikuburkan, Ami tetap terdiam. Ia berdoa khusyuk di depan kuburan Iman.Sampai seminggu ke depan, Ami tak punya nafsu makan. Ia hanya makan sedikit. Ia pun tak banyak bicara. Menangis pun tidak. Skripsinya terlantar begitu saja. Orangtua Ami pun semakin cemas melihat sikap anaknya tersebut.Akhirnya bapaknya Ami memarahi Ami. Sang bapak sengaja menekan anak tersebut supaya ia mengeluarkan air mata. Tentu berat bagi Ami kehilangan orang yang dicintainya, tapi tidak mengeluarkan air mata sama sekali. Rasanya beban Ami belum dikeluarkan.Setelah dimarahi oleh bapaknya, barulah Ami menangis. Tumpahlah semua kesedihan hatinya. Setidaknya, satu beban telah berkurang.…tiga bulan kemudian…Skripsi Ami belum juga kelar. Orangtuanya pun tidak mengharap banyak karena sangat mengerti keadaan Ami. Sepeninggal Iman, Ami masih terus meratapi dan merasa Iman hanya pergi jauh. Nanti juga kembali, pikirnya.Di dalam wajah sendunya, tiba-tiba ada seorang pria yang tertarik melihat Ami. Satria namanya (bukan nama sebenarnya). Ia tertarik dengan paras Ami yang manis dan pendiam. Satria pun mencoba mencaritahu tentang Ami dan ia mendengar kisah Ami lengkap dari teman-temannya.Setelah mendapatkan berbagai informasi tentang Ami, ia coba mendekati Ami. Ami yang hatinya sudah beku, tidak peduli akan kehadiran Satria. Beberapa kali ajakan Satria tidak direspon olehnya.Satria pun pantang menyerah, sampai akhirnya Ami sedikit luluh. Ami pun mengajak Satria ke kuburan Iman. Disana Ami meminta Satria minta ijin kepada Iman untuk berhubungan dengan Ami. Satria yang begitu menyayangi Ami menuruti keinginan perempuan itu. Ia pun berdoa serta minta ijin kepada kuburan Iman.Masa pacaran Ami dan Satria begitu unik. Setiap ingin pergi berdua, mereka selalu mampir ke kuburan Iman untuk minta ijin dan memberitahu bahwa hari ini mereka akan pergi kemana. Hal itu terus terjadi berulang-ulang. Tampaknya sampai kapanpun posisi Iman di hati Ami tidak ada yang menggeser. Tetapi Satria pun sangat mengerti hal itu dan tetap rela bersanding disisi Ami, walaupun sebagai orang kedua dihati Ami.Setahun sudah masa pacaran mereka. Skripsi Ami sudah selesai enam bulan yang lalu dan ia lulus dengan nilai baik. Satria pun memutuskan untuk melamar Ami.Sebelum melamar Ami, Satria mengunjungi kuburan Iman sendirian. Ini sudah menjadi ritual bagi dirinya. Disana ia mengobrol dengan batu nisan tersebut, membacakan yasin, sekaligus minta ijin untuk melamar Ami. Setelah itu Satria pulang, dan malamnya ia melamar Ami.Ami tentu saja senang. Tapi tetap saja, di hati Ami masih terkenang sosok Iman. Ami menceritakan bagaimana perasaannya ke Satria dan bagaimana posisi Iman dihatinya. Satria menerima semua itu dengan lapang dada. Baginya, Ami adalah prioritas utamanya. Apapun keinginan Ami, ia akan menuruti semua itu, asalkan Ami bahagia.Ami pun akhirnya menerima lamaran Satria.…beberapa bulan setelah menikah…Di rumah yang damai, terpampang foto perkawinan Ami dan Satria. Tak jauh dari foto tersebut, ada foto perkawinan Ami ukuran 4R. Foto perkawinan biasa, namun ada yang janggal. Di foto tersebut terpampang wajah Ami dan Iman.Ya, Ami yang masih terus mencintai Iman mengganti foto pasangan disebelahnya dengan wajah Iman. Foto itupun terletak tak jauh dari foto perkawinan Satria dan Ami. Sekilas terlihat foto tersebut hasil rekayasa yang dibuat oleh Ami. Namun Satria mengijinkan Ami meletakkan foto tersebut tak jauh dari foto perkawinan mereka.Bagaimanapun Ami tetap akan mencintai Iman sekaligus mencintai Satria, suami tercintanya. Dan Satria merupakan pria yang memiliki hati sejati. Baginya, cinta sejatinya adalah Ami. Apapun yang Ami lakukan, ia berusaha menerima semua keadaan itu. Baginya tak ada yang perlu dicemburui dari batu nisan. Ia tetap menjalankan rumah tangganya dengan sakinah, mawaddah dan warramah, hingga saat ini…Mendengar cerita diatas, terus terang saya merasa sedih, terharu, sekaligus miris. Saya kagum dengan sosok Satria yang ternyata benar-benar mencintai Tante Ami. Saya juga mengerti kepedihan Tante Ami ketika ditinggalkan tunangannya. Tentu rasanya sulit ditinggalkan oleh orang yang sudah membekas dihati.Akankah ada pria-pria seperti Satria? Saya harap semoga banyak pria yang akan tetap setia kepada seorang wanita, menerima mereka apa adanya
by Admin
http://cerpen.net/cerpen-romantis/cerpen-romantis.html

Cerita Mengharukan (kisah seorang kakak dan adik)

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu ditangannya. "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!" Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus-menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, halmemalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!" Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi." Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11. Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik... hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?" Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku. " Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimimu uang." Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampaike tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana! "Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?" Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..." Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23. Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.." Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskansedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini." Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi. Suatu hari, adikku di atas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?" Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?" Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah, "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!""Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29. Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku." Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sendoknya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya." Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Belajar Dari Keledai

Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam, sementara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya. Akhirnya, ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun (ditutup - karena berbahaya); jadi tidak berguna untuk menolong si keledai.Ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur. Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya. Walau punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu. Sementara tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga mengguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri!     Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu. Cara untuk keluar dari "sumur" (kesedihan, masalah, dsb) adalah dengan mengguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran, dan hati kita) dan melangkah naik dari "sumur" dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan. Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari "sumur" yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah!        Guncangkanlah hal negatif yang menimpa dan melangkahlah naik!Ingatlah aturan sederhana tentang Kebahagiaan :  1. Bebaskan dirimu dari kebencian serta iri dan dengki  2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan  3. Hiduplah sederhana  4. Berilah lebih banyak  5. Berharaplah lebih sedikit  6. Tersenyumlah, dunia akan terasa lebih damai  7. Banyaklah bersyukur dg apa yang kita peroleh  8. Berusaha lebih dekat dengan Tuhan  9. Memberi maaf baik kepada teman, musuh, maupun kepada DIRIMU SENDIRI     Seseorang telah mengirimkan hal ini untuk kupikirkan, maka aku meneruskannya dengan maksud yang sama. GUNCANGKANLAH!Entah ini adalah waktu kita yang terbaik atau waktu kita yang terburuk, sekarang inilah satu-satunya waktu yang kita miliki saat ini!"
by http://www.facebook.com/notes/andi-muhammad-muadz/belajar-dari-keledai/17557024578825  

MALAIKAT KECIL YANG DICINTAI ALLAH & RIBUAN MALAIKAT

Berikut ini adalah kisah sedih gadis berumur 10 tahun yang bernama Bar`ah. Orang tua Bar’ah adalah dokter dan telah pindah ke Arab Saudi untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Pada usia ini, Bar`ah telah menghafal seluruh Al Qur’an beriktu tajweednya , dia sangat cerdas hingga gurunya pernah mengatakan bahwa dia paling unggul untuk anak seusianya.

Dia hidup dalam keluarga kecil yang berkomitmen untuk Islam dan ajaran-ajarannya … . Suatu hari ibunya mulai merasa sakit perut yang parah dan setelah beberapa kali diperiksakan, diketahuilah bahwa ibu bar’ah menderita kanker, dan ternyata kanker ini sudah dalam keadaan stadium akhir/kronis.

Ibu Bar’ah berfikir untuk memberitahu putrinya, terutama jika ia terbangun suatu hari dan tidak menemukan ibunya di sampingnya … dan inilah ucapan ibu Bar’ah kepadanya “Bar`ah aku akan pergi ke surga di depanmu, tapi aku ingin kamu selalu membaca Al-Quran dan menghafalkannya setiap hari karena Ia akan menjadi pelindungmu kelak… “

Gadis kecil itu tidak benar-benar mengerti tentang apa yang ibunya beritahukan. Tapi dia mulai merasakan perubahan keadaan ibunya, terutama ketika ia mulai dipindahkan ke rumah sakit untuk waktu yang lama.

Gadis kecil ini menggunakan waktu sepulang sekolahnya untuk menjenguk ibunya ke rumah sakit dan membaca Quran untuk ibunya sampai larut malam, sampai ayahnya datang dan membawanya pulang.

Suatu hari pihak rumah sakit memberitahu ayah Bar’ah melalui telpon bahwa kondisi istrinya itu sangat buruk dan ia perlu datang secepatnya, sehingga ayah Bar’ah menjemput Bar `ah dari sekolah dan langsung menuju ke rumah sakit. Ketika mereka tiba di depan rumah sakit ia meminta Bar’ah untuk tinggal di mobil … sehingga ia tidak akan shock jika ibunya meninggal dunia.

Ayah Bar’ah keluar dari mobil dengan berlinang air mata, ia menyeberang jalan untuk masuk rumah sakit. Tapi tiba-tiba datang sebuah mobil melaju kencang dan menabrak ayah Bar’ah dan ia meninggal seketika di depan putrinya itu…tak terbayangkan ..tangis gadis kecil ini pada saat itu…!


Tragedi Bar`ah belum selesai sampai di sini… setelah lima hari semenjak kematian ayahnya, akhirnya ibu Bar’ah meninggal dunia juga. Dan kini gadis kecil ini sendirian tanpa kedua orangtuanya. Dan oleh orangtua dari teman-teman sekolahnya, Bar’ah dihubungkan dengan kerabatnya di Mesir, sehingga kerabatnya bisa merawatnya.


Tak berapa lama tinggal di mesir gadis kecil Bar`ah mulai mengalami nyeri mirip dengan ibunya dan oleh keluarganya ia lalu di periksakan, dan setelah beberapa kali tes di dapati Bar’ah juga mengidap kanker … tapi sungguh mencengangkan kala ia di beritahu kalau ia menderita kanker….inilah perkataan Bar’ah kala itu: “Alhamdulillah, sekarang aku akan bertemu dengan kedua orang tuaku.”

Semua teman-teman dan keluarganya terkejut. Gadis kecil ini sedang menghadapi musibah yang bertubi-tubi dan dia tetap sabar dan ikhlas dengan apa yang ditetapkan Allah untuknya!…..Subhanallah…. Orang-orang mulai mendengar tentang Bar `ah dan ceritanya, dan Saudi memutuskan untuk mengurus nya … ia mengirim Bar’ah ke Inggris untuk pengobatan penyakit ini.

Salah satu saluran TV Islam (TV Al Hafiz) berhasil menghubungi gadis kecil ini dan memintanya untuk membaca Quran … dan ini adalah suara indah yang di lantunkan oleh Bar’ah …

http://www.youtube.com/watch?v=NnNS9ID9Ecw

Mereka (saluran TV Islam) berhasil menghubungi Bar’ah lagi sebelum ia dalam keadaan koma. Bar’ah berdoa untuk kedua orangtuanya dan menyanyikan sebuah Nasheed….

http://www.youtube.com/watch?v=yD5S-jtxFls

Hari-hari terlewati dan kanker mulai menyebar di seluruh tubuhnya, para dokter memutuskan untuk mengamputasi kakinya, dan ia telah bersabar dengan apa yang ditetapkan Allah baginya … tapi beberapa hari setelah operasi amputasi kakinya kanker sekarang menyebar ke otaknya, lalu oleh dokter diputuskan untuk melakukan operasi otak … dan sekarang Bar’ah berada di sebuah rumah sakit di Inggris menjalani perawatan dalam kondisi koma. Silakan berdoa untuk Bar’ah, dan untuk saudara-saudara kita di seluruh dunia…
by http://www.facebook.com/notes/ila-andi-nurwaasilah/malaikat-kecil-yang-dicintai-allah-ribuan-malaikat/459818799684

INFO NOVEL TERBARU

Judul       :     BRISINGR
Penulis      :    Christopher Paolini
Kategori   :     Kategori
Harga       :     Rp. 99,000 Rp. 84.150,- (Anda hemat Rp. 14.850,-)
Info Buku :     KLIK DISINI
Eragon dan naganya, Saphira, berhasil bertahan hidup setelah pertempuran kolosal melawan para prajurit Kekaisaran di Dataran Membara. Namun masih banyak yang harus dihadapi sang Penunggang dan naganya ini.
Eragon harus menyelamatkan Katrina, kekasih Roran, dari cengkeraman Raja Galbatorix, sesuai janjinya pada abangnya itu. Tetapi kaum Varden, elf, dan kurcaci pun membutuhkan sang Penunggang.
Ketika keresahan melanda para pemberontak dan bahaya mengincar dari segala arah, Eragon harus menentukan pilihan—-pilihan yang akan membawanya ke seluruh penjuru Kekaisaran, bahkan lebih. Pilihan yang bisa saja memaksanya melakukan pengorbanan tak terbayangkan.

Sabtu, 20 November 2010

Adakah Ini Cinta

salam,
dahulu ada seseorng meminta cinta dariku.( dahulu2)
Dan aku katakan padanya, takkan boleh cinta itu diberikan tanpa adanya ikatan yang sah, mahar yang menjamin dan hubungan hati yang diredhai oleh Allah.
Mungkin ramai antara kita pernah bercinta, merasai asyiknya cinta itu dan tenggelam di dalam kemabukannya.
Malah Syed Qutb, Abu talhah serta Hasan Al-Basri pernah menyintai seorang perempuan sebelum pernikahan mereka.
Malah Khadijah mempunyai rasa suka kepada Rasulullah sebelum peminangan beliau pada baginda.
Dan sungguh cinta itu tidak pernah salah. Malah ia memberi cahaya kehidupan dan harapan yang melestarikan nafas yang panjang pada dunia yang mencabar ini.
Namun diri kita tahu akan kelemahan diri kita. Kita tahu di mana tempatnya kita bakal jatuh,jika kita kurang berhati-hati.
Seperti itu jugalah kebanyakan wanita, kita amat mudah menyintai dan menyayangi manusia lainnya. Hati kita dipenuhi cinta dan sayang. Terkadang mampu dikawal, terkadang mencengkam dan memakan diri kita sendiri.
Dan kita tahu di situlah kelemahan kita. Apabila diberikan kepada yang belum haq, kita akan tenggelam dalam keasyikan yang merudum jiwanya. Cinta yang ditakuti takkan sampai ke penghujungnya. Cinta yang mencemari cinta kita kepada Rabb kita. Dan ditakuti kita akan sesat dalam kegelapan akibat cinta yang asyik itu.
Dan kerana itu cinta ini disimpan rapi, hanya untuk dimiliki yang hak dan berhak sahaja. Bukan kerana kita membenci cinta itu. Bukan menolak mereka yang menyintai kita. Tapi kerana kita tahu di mana titik lemah kita. Dan cinta itu kita simpan sekedapnya, agar siapa sahaja yang kita berikan cinta itu, biarlah cinta itu hanyalah kerana Allah semata-mata.
‘ saya takut kalau saya menyayangi seseorang, orang itu akan lebih menyanyangi saya dari saya menyayangi dia. dan itu pernah berlaku pada saya.’
padaku ucapan itu mungkin bernada agak perasan, namun aku tahu dari lubuk hatinya, itu merupakan ucapan yang tulus.

‘ tapi saya isteri awak, tentu saya perlu sayang pada awak.’
‘betul, tapi saya takut awak akan rasa kecewa di kemudian hari, jika apa2 yang berlaku pada kita.’
Suara hati nakalku berkata, ‘takpe, saya akan jadikan awak sayang saya lebih dari saya sayang awak, baru awak tahu!’
Namun aku menjawap,’ tak apa, bukankah kita ada Allah. Apapun yang berlaku dalam hidup kita, kita ada Dia untuk kita mengadu akan keadaan itu.’
Ketika aku menyalami tangannya, aku tenang melihat dirinya pergi. Namun fikiranku tetap memikirkan akan dirinya yang aku temui cuma acap kali sahaja dalam masa beberapa minggu.
Dan ketika aku pulang ke bandar beku dan sejuk ini, aku teringat suasana hiruk pikuk dan siren ambulans yang berkumandang setiap 10 minit di kota London. Asap dan enjin kereta yang mampat mungkin menjadikan udara di bandar kosmopolitan itu berhawa tinggi dan sering mengundang peluh di bajuku.
dan tentu kenangan bersama dia takkan dapat aku lupakan.
dan setiap kali kembali setelah bertemu denganya pasti akan teringatkan perbualan-perbualan yang kami lalui bersama. Pertama kali dalam hidupku, aku begitu dekat dengan jiwa seorang lelaki bergelar suamiku.
Dan aku tahu di saat itu, aku telah mula menyintai dirinya. Mahu membantu dirinya sepanjang hidupku. Mahu menjadi sayap pejuangnya walaupun mungkin aku dan dia bukanlah pasangan yang sempurna di dunia ini. Banyak ujian melanda. Dan sungguh setiap kisah-kisah pasangan baru berkahwin adalah berbeza sekali. namun di sebalik ujian itu, ada kemanisan setiap kali dapat dilepasi cabaran itu
Adakah dapat aku sembunyikan rahsia hati ini, menjadikan dia lebih menyintai diriku dari diriku menyintainya?
Namun tentu bukan itu golku dalam perkahwinan ini. Perkahwinan ini adalah ibadah. Cintaku padanya adalah suatu ibadah. Aku menyintainya kerana Allah dan aku berasa amat tenang dengan cinta itu. Cinta yang menjadikan aku sentiasa berhubung dengan Allah di saat susah dan senang menghadapi bahtera rumah tangga ini.
Satu anggapan yang salah, seorang ukht berkahwin dengan seorang akh untuk mendapatkan kekuatan dari pasangannya. Ya, sebahagiannya betul, namun hakikatnya, ujian kehidupan pasti melanda setiap seorang dari kita. Kerana itu, peribadi kita sendiri perlu kuat. Hubungan kita dengan Allah perlu amat mantap.Terkadang pasangan kitalah yang perlu dibantu, bukan kita yang dibantu.
Tentu dalam berBM sendiri ada pasang surutnya. Namun yang menyatukan dua hati manusia yang asing ini adalah Allah. Apabila keduanya kembali semula pada Allah dan meminta petunjuk dariNya.
Dahulu aku takut tenggelam dengan cinta. Cinta sesama akhawat sendiri menyebabkan air mataku kering kerana banjirannya. Namun ketika akad tertahkik, cinta yang kurasai ini, ibarat hujan yang turun secara tenang dan damai, membasahi tanah sahara yang kekontangan. Menyimbahi tumbuhan yang kekeringan. Ia memberi sinar di pagi hari, menyuluh kegelapan di waktu malam.
Dan aku tidak katakan cintaku pada dakwah, pada Allah, dan pada akhawat berkurang kerana aku menyintai seorang lelaki yang Allah jodohkan buatku. Malah cinta itu bertambah, menolak motivasi dan melimpah ruah.
Kerana cinta itu terlalu istimewa. Ia boleh meletakkan jiwa kita di tempat teratas, atau menjadikan kita manusia yang amat hina sekali.
Aku tak mengatakan cinta itu salah sebelum perkahwinan. Cuma kelemahan aku sendiri, aku pasti, jika cinta itu sebelum terjadinya akad, pasti aku akan menjadi manusia yang hina di sisi Allah.
Kerana aku tahu, ketika pintu hatiku terbuka untuk sebuah cinta, limpahannya akan mengairi seluruh lautan yang wujud di muka bumi ini.
tentu pernah kita dengar, sesorang wanita sanggup membuat apa sahaja kerana cinta, menyerahkan tubuh, menjual harta, hanya kerana seorang lelaki yang belum menjadi miliknya.
Dan indahnya cinta itu apabila ianya diberikan buat yang hak. Kerana ia sentiasa diiringi doa dan barakah.
tentu banyak rahsia Allah yang tidak kita ketahui dalam hidup ini. tentu akhir perjalanan kita takkan kita ketahui akhirnya.  Namun kita sentiasa perlu positif, meraih yang terbaik dalam hidup kita, dan memaknai setiap kenikmatan dan kebahagiaan yang allah rezekikan untuk kita.
Alangkah indahnya bila segalanya kerana Allah. Bercinta pun dapat pahala! :)
“Mahukah kamu aku beritahu dari hal sebaik-baik barang yang perlu disimpan oleh seorang lelaki?” Iaitu isteri yang solehah. Jika suami melihat kepadanya dia akan gembira , jika suaminya menyuruh sesuatu dia akan taati dan jika suami tiada di rumah dia akan menjaga harta suaminya dan memelihara kehormatan dirinya.” (HR:Ibnu Majah)
Karya : Muharikah
By http://muharikah.wordpress.com/2010/11/01/adakah-ini-cinta/

DARUL TAQWA & DATUK DR JOHAR

Digosok-gosok lagi matanya. Dia seakan-akan tidak percaya apa yang dilihatnya. Apakah aku kembali ke zaman unta, ke zaman kolot dan purba? begitulah detik hatinya. Dikesat hidungnya yang berair dengan kertas tisu. Kertas itu kemudiannya dicampakkannya ke tepi jalan.
“Assalamualaikum, pakcik.. tolong kutip kertas itu. Nanti pakcik rugi di Akhirat. Kebersihan itu separuh daripada iman.”
Bunyi satu suara di belakangnya. Ia bingkas berpaling. Siapa berani menegurku? Aku Datuk Dr.Johar, orang besar negara ini.
“Pakcik, biarlah saya tolong kutip,sebelum Penguatkuasa Iman dan Islam datang. Nanti didendanya pakcik,” kata budak kecil berpakaian putih dengan serban yang melilit kepalanya.
Datuk Dr. Johar membetulkan tali lehernya. Ah, kalau dia datang biar aku sogok dengan duit ini . Siapa yang tak kelabu tengok duit merah, biru berlapis-lapis. Namun, Datuk Dr. Johar terus hairan. Bangunan pencakar langit dengan wajah pembangunan yang sofistikated. Ada helikopter bersimpang -siur bergerak di udara. Railbus bercerakah ke sana sini. Bullet train meluncur bagaikan panah dilepaskan dari busurnya. Kesibukan yang layak dipikul oleh manusia-manusia moden.
Namun peliknya, pakaian mereka, tingkah-laku mereka…Ah, di mana aku sekarang ini, gerutu hati Datuk Dr.Johar.
“Hoi budak, Aku dimana sekarang ?” soalnya kepada budak yang menegurnya tadi.
Budak itu tersenyum. Mukanya cerah dan indah. Tenang dan bersuara lunak. Apakah ini Aladin, budak Arab dengan lampu ajaibnya: teka-teki itu terus menerjah kepala dan kotak fikir Datuk Dr. Johar. Budak itu membuka mulut hendak menjawab. Belum sempat,tiba-tiba datang sebuah kereta jenis Ferrari, merah dan bercahaya. Keluar dua orang lelaki dengan pakaian yang hebat dan segak. Serban mereka berwarna hitam berjalur biru.
“Assalamualaikum….Maaf, pakcik. Kami terpaksa mendenda pakcik. Kesalahan membuang sampah ini sudah belasan tahun tidak berlaku di Darul Taqwa ini. Kami terpaksa mendenda pakcik. Kebersihan itu lambang iman. Negara ini menitikberatkan iman…. Pakcik didenda, 30 kali subhanallah, 30 kali astaghfirullah dan selawat 100 kali.”
Kata pegawai penguatkuasa itu dengan lembut. Datuk Dr. Johar tersentak. Apa namanya undang-undang ini. Tak ada dewan bandaraya di seluruh pelusuk dunia mengamalkannya. Dia tercengang-cengang. Namun egonya membumbung tinggi. Apa ? Dia nak marahkan aku ?
” Ni duit lima ratus. Saya tak mahu buat apa yang kamu minta. Kita selesaikan di sini saja. Berapa gaji yang kamu dapat sebulan ? ” tanyanya angkuh.
“Pakcik, kita bekerja kerana Allah, bukan kerana gaji. Lagipun duit bukan ada harga lagi di zaman ini. Semuanya dipandang sebagai alat, bukan matlamat,” kata pegawai berjanggut dan berjambang itu dengan tenang.
“Oh, oh …. maafkan kami, pakcik. Kami nak tanya sikit, kenapa pakcik pakai pakaian zaman dulu? Mana pakcik dapat pakaian macam itu ?” Tanya pegawai itu pula.
Aku yang gila, atau dia yang gila? Detak hati Datuk Dr. Johar. Dia berjalan ke arah kereta Ferrari yang berkilat itu. Melalui cerminnya dia nampak perawakannya dengan jelas. Tak ada yang salah. Tali leher, kemeja dan kotnya masih kemas dan segak. Daripada jenama yang mahal pula – Pierre Cardin. Kasutnya hitam berkilat daripada jenis Bally. Ah! Aku masih unggul. Lelaki tampan, lambang status dan kejayaan. Dia yang kolot, dia yang ketinggalan zaman.
“Anak muda, pakaian pakcik ni pakaian pemimpin. Pakcik orang besar di negara ini. Pakcik dah keliling dunia dengan pakaian ni. “
“Pakcik, itu pakaian puluhan tahun yang lampau. Ketika Islam belum berdaulat di Darul Taqwa ni. Moyang-moyang kami dulu saja yang pertahankan pakaian macam itu. Itu pakaian orang kuno di Barat. Sekarang, kami hanya dapat lihat gambar-gambarnya saja. Itupun dalam buku sejarah zaman peralihan Islam. Orang Barat zaman moden ini dah berpakaian macam yang kami pakai. Tak ada orang yang pakai macam tu kecuali orang-orang bukan Islam yang dijamin kebebasannya dalam sebuah negara Islam seperti darul Taqwa.”
Datuk Dr. Johar termanggu-manggu kebingungan. “Di mana aku sebenarnya ni?” Dia bertanya lagi kepada pegawai penguatkuasa dan budak kecil di tepi jalan. Dia masih kenal, Ini Jalan Chow Kit ditengah bandar Kuala lumpur. Masih ada Masjid Pakistan dan Masjid Kampung Baru di sebelah sana. Tetapi itu sahaja, yang lain tak ada.
“Pakcik di bandar Mutmainnah. Ini jalan Mujahadah, namanya. Saya Haji Din,Pegawai Penguatkuasa Iman dan Islam. Diberi amanah untuk memastikan kebersihan lahir batin bandar ini.”
Apa? Bandaraya Kuala Lumpur dah jadi Bandaraya Mutmainnah? Jalan Chow Kit dah jadi jalan Mujahadah? Apa dia mutmainnah? Apa dia mujahadah tu? Apa yang terjadi ni? Soalan-soalan itu terus menyerang benak Datuk Dr. Johar.
“Pakcik, kami rayu pakcik membayar denda tadi. Kalau tak boleh sekarang, lepas sembahyang nanti pakcik laksanakanlah. Demi kebaikan pakcik dunia dan Akhirat…”
Tiba-tiba terdengar suara orang memberi salam dari jauh.Nyaring dan jelas. Seorang lelaki pertengahan umur berlari kepada seorang pegawai penguatkuasa.
“Tuan, hukumlah saya. Saya mengumpat tadi. Ya Allah ! seksa Neraka amat pedih..Tolonglah, tuan. Hukum saya di dunia sebelum saya di hukum di Akhirat!” rayu lelaki itu.
Pegawai tadi berpaling ke arah lelaki yang baru datang, dan kesempatan itu diambil oleh Datuk Dr. Johar. Ia lari sekuat-kuat hati.Peliknya mereka tidak mengejarnya. Ia terlepas …Lega.Dahaga , lapar mula menggigit tekak dan perutnya. Dia mesti makan.Dia perlu minum. Tapi di mana? Tiba-tiba ia terdengar suara komputer dari sound system di tepi-tepi jalan :
“Assalamualaikum, kepada seluruh penduduk Kota Mutmainnah. Syed Al Abrar, hartawan besar berada di jalan Uwais Al Qarni. Dia merayu fakir miskin supaya sudi menerima sedekahnya. Hari ini ia menjamu nasi dan minuman. Sila datang!”
Datuk Dr. Johar orang besar Darul Ghurur itu tidak akan mencemar duli menagih nasi. Dia ada duit, mampu membelinya sendiri. Dia pun masuk ke sebuah restoran di tepi jalan. Di situ penuh dengan pelanggan. Semuanya berserban dan berjubah.Matanya tak betah lagi melihat semua itu.Tapi kerana lapar ia masuk juga.
“Maaf tuan, itu pintu masuk untuk wanita. Di sini untuk lelaki.”
“Ceh! Diskriminasi, doubel-standard, lelaki dipisahkan daripada perempuan.”Mukanya dicemekkan kepada tuan kedai yang menegurnya. “Ada restoran lain yang mengamalkan persamaan taraf antara lelaki dan perempuan? Saya tak suka pemisahan-pemisahan macam ni!”.
Lelaki itu tersenyum. “Empat puluh tahun yang lalu adalah.Sekarang ni kita sudah bebas dan merdeka. Zaman penjajahan fikiran dan jiwa sudah berlalu. Tak ada diskriminasi wanita di sini, tuan. Amir Muhammad,pemimpin Darul Taqwa telah menaikkan taraf wanita tanpa Women’s Libs.Kalau tuan ada isteri dan membawanya bersama, sila masuk ke sana. Di sana ada tempat khusus untuk makan bersama isteri dan anak perempuan,”terangnya. Mukanya jernih.Serban dan jubahnya serba putih.
“Ini bertentangan dengan prinsip demokrasi. Sistem pemerintahan kapitalis, sosialis, nasionalis malah komunis sekalipun tak macam ni…”
“Masya-Allah pakcik, jangan disebut lagi nama-nama ideologi tu. Semuanya telah termaktub sebagai ajaran-ajaran sesat dalam perlembagaan Darul Taqwa ini. Tak ada orang lagi yang berpegang dengan fahaman jahiliyyah tu… Subhanallah….” Keluh tuan restoran itu sambil mengurut-ngurut dadanya. Ekor serbannya bergoyang-goyang ketika ia manggeleng -gelengkan kepalanya.
Ah! Persetankan semua itu. Perut aku lapar. Datuk Dr. Johar pun duduk. “Nasi beriani sepinggan !”ujarnya kepada pelayan.
“Dalam pinggan, tuan?” tanya pelayan itu kehairanan.
“Ya ! Apa peliknya?”,
“Baik,tuan.Tapi semua orang berebut-rebut pahala makan berjamaah. Tuan makan seorang ?” tanya pelayan berkulit hitam itu.
Dia tambah geram.direnung ke hadapan, iaitu ketempat orang menikmati makanan.Tidak ada meja makan hanya hamparan permaidani tebal dengan dulang-dulang indah yang tersusun rapi. Mereka makan satu dulang. Yek! Jijiknya. Ah! Aku tetap aku. Aku ada pendirian! Nasi beriani dengan ayam goreng kegemarannya terhidang di atas kain putih khas.
“Jemput makan dengan nama Allah yang memberi rezeki,” kata pelayan itu dengan sopan.
Datuk Dr.Johar makan dengan seleranya. Dewan makan itu berhawa dingin lengkap dengan alat TV dan pita videonya sekali. Dia makan seorang diri bagai kera sumbang.
” Ya Allah, apa musibah yang menimpa ana Subuh tadi. Ana masbuk dalam sembahyang jemaah Subuh, ” ujar seorang lelaki muda dengan wajah yang kecewa. Suapnya perlahan. Macam tak lalu makan saja
“Anta tak cuba tampung dengan amal makrufat yang lain ?”tanya sahabatnya di sebelah.Dia nampak simpati.
Datuk Dr. Johar pasang telinga saja. “Ana nak sedekahkan lima ribu ringgit …malang nasib ana. Ana tunggu lima jam di tepi jalan tadi, seorang pun tak mahu terima sedekah ana ” Keluhnya.”Susah kita sekarang. Orang miskin yang bolot pahala redha, pahala sabar. Mereka patutnya bantulah kita.Tolonglah terima sedekah kita.Ah, susahnya jadi orang kaya macam kita ini. Dahlah nanti di Akhirat banyak hisabnya, Di dunia orang tak sudi pula terima sedekah kita.�
�Oh…!� keluh seorang yang sama-sama makan dengan lelaki muda tadi.”Kalaulah kita hidup zaman moyang kita dulu, kan dapat kita korbankan harta yang banyak ini. Saya pun dapat harta ni melalui warisan daripada bapa, yang diwarisi oleh datuk saya daripada moyangnya. Kita tunggulah bila kerajaan nak bangunkan projek negara atau nak gunakan duit untuk kemaskinikan kementerian-kementeriannya…. saya nak labur habis-habisan. Biar jadi saham Akhirat,” kata pemuda itu menutup perbualan. Mereka pun makan dengan perlahan -lahan.
Datuk Dr.Johar makin pelik. “Tambah nasi sepinggan lagi!” ujarnya kepada pelayan restoran.
“Demi kesihatan tuan, saya nasihatkan … berhentilah sebelum kenyang.Maaf tuan saya terpaksa mengatakan demikian. Saya pelayan kedai merangkap pegawai perubatan ….,” kata pelayan itu lagi.
“Apa? Awak pegawai perubatan? Seorang doktor ke? Kelulusan luar negeri atau dalam negeri? Awak sepatutnya bertugas di hospital, bukan di restoran!” bentaknya. Marah campur geram.
“Tuan, mana ada hospital sekarang.Yang ada khusus untuk bayi, kanak-kanak dan wanita, juga para mubaligh dan mujahid yang cedera ketika berjuang. Tuan, kalau tuan amalkan makan hanya bila lapar dan berhenti sebelum kenyang, tuan akan sihat, insya-Allah. Kita tak perlu hospital!�
“Bodoh, kalau macam tu, macam mana nak rawat pesakit kencing manis macam aku ini ?” leternya perlahan-lahan.
“Penyakit kencing manis? Tuan menghidapnya? Saya ada baca buku perubatan edisi tahun 1990 dulu. Sekarang penyakit tu dah tak ada siapa menghidapnya…..”
“Batalkan saja oder saya tadi, banyak sangat cakap, boring. Saya perlu hiburan sekarang …Di mana boleh saya dapati ?” tanyanya.
“Di sana, tuan. Melalui butang pada sistem komputer di sebelah sana, tuan boleh dapat apa saja hiburan yang menyegarkan. Tak payah risau pasal bil. Percuma.�
Datuk Dr. Johar, orang besar negara, melangkah hebat ke tempat yang ditunjukkan. Berbagai -bagai butang dengan bermacam warna berkelip-kelip. Sangat rumit tapi kekeliruan itu dapat disembunyikannya. Dia malu kalau-kalau dengan pakaian jenama Pierre Cardinnya ia masih kelihatan kolot.. Entah di mana falsafah moden Datuk Dr. Johar. Pada pakaiannyakah atau otaknya? Diberanikan hatinya; satu butang warna hitam ditekan . Dalam skrin timbul tajuk besar- KHAUF. Apa bendanya ni? Kemudian menyusul nama-nama lagu: MATI ITU TERLALU SAKIT, ALAM BARZAKH YANG PASTI, MIZAN NOKTAH PENYESALAN , IZRAEL DATANG TIBA-TIBA Oh…Oh … seram sejuk tubuhnya. Apa nama lagu macam ini? Biarlah menaruh harapan sikit.
Hatiku macam kristal, boleh pecah dengan lagu-lagu macam tu. aku belum nak mati lagi, protes hati Datuk Dr.Johar.
Dia beralih ke butang hijau tanpa lengah terus menekannya. Tertera di atas skrin komputer: RAJA’. kemudian tersembul tajuk-tajuk lagu. Dibacanya dengan teliti… FIRDAUSI MELAMBAIMU, DEMI CINTA DAN RAHMAT-NYA, KEINDAHAN JANNAH YANG ABADI�.. Kepala datuk Dr. Johar makin pusing. Semuanya tentang Akhirat. Apa nak jadi ni? “Tak ada lagu yang hot sikit ke?” tanyanya kepada seorang anak muda berjubah coklat di sebelahnya.
“Nanti ya pakcik . Saya pilihkan lagu yang paling hot sekarang ni.Top-hit anak-anak muda sekarang…”
“Ya, ya saya setuju,” balas Datuk Dr. Johar. Telinganya dihalakan kepada sistem suara di dinding restoran itu. Dia ingin dengar lagu-lagu kegemaran muda-mudi daerah asing itu.
Ayat suci Al-Quran a… “Eh …ni suara orang mengaji,”
“Nanti dulu pakcik,selepas ni ada terjemahannya kemudian baru menyusul lagunya,” kata pemuda berjubah cokat itu sambil matanya di tutup rapat-rapat. Asyik sekali dia.
Kemudian getaran suara bergema
…. Cintaku berlabuh di persada rahmat-Mu
mendamba kasih yang tidak berhujung
mengutip sayang di hamparan cinta suci.
Inilah getaran hatiku memburu cinta…….
stanza hati merindu Ilahi!”
Datuk Dr. Johar tak tahan lagi. Ia merengus dan pergi ke kaunter bayaran.
“Maaf tuan, duit ini duit lama. Kalau tuan tak mampu bayar kami halalkan sajalah …”
Datuk Dr. Johar makin geram. Dia menderam dan berkata ” Saya bayar dengan kad kredit saja!” Dia hulurkan kad kredit warna keemasannya.
“Maaf sekali lagi, tuan. Kad kredit ini bukan yang boleh kami terima, kami halalkan sajalah.”
“Tak, pantang saya minta sedekah. Saya ada harta simpanan berbungkal-nungkal emas di bank. Takkan saya nak bawa, nanti disambar pencuri.”
” Darul Taqwa tak ada pencuri, tuan. Pencuri terakhir telah dipotong tangannya 30 tahun yang lalu ketika minta dihukum di hadapan hakim kerana takutkan seksa Neraka.”
“Ah, aku tak nak dengar semuanya.makin gila aku dibuatnya,” pekik Datuk Dr. Johar lantas meluru keluar dari restoran itu. Di luar,semua pandangan menyakitkan hati. Mengapa orang kolot ini mentadbir teknologi begini tinggi.
Pemandu bullet train berserban merah tersenyumkepadanya. Pilot helikopter dengan tulisan ‘MAKRUFAT AIR TRANSPORT’ sibuk dengan urusannya. Di seberang jalan tertegakpapan iklan dengan tulisan yang jelas :” KELUARGA BAHAGIA GEMBIRA DENGAN SUNNAH “. Di papan itu terpampang gambar seorang lelaki dan perempuan berserta anak-anak meraka. Semuanya berserban, berjubah dan berpurdah.
Isy,meluatnya! Di jalan-jalan raya suasana meriah dengan salam dan senyum. Baginya,semua itu seolah-olah menyindir dan mengejek. Kenapa jadi begini? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Mengapa? Mengapa? Mengapa? Datuk Dr. Johar tiba-tiba menjerit. Tekanan dalam jiwanya yang kian tersumbat itu tiba-tiba meletus.
“Datuk..!Datuk..! Bangun, Datuk. Ada berita buruk !”
Datuk Dr.Johar bangun. Ia tertidur sewaktu menunggu keputusan pilihanraya hari itu.
“Kenapa? Parti kita kalah? Aku kalah? “tanya Datuk Dr. Johar.
“Tidak, Tuk. Rakyat bangun memprotes. Mereka tak mahu demokrasi.Mereka tak mahu pilihanraya…”
“Habis, mereka mahu apa?”
“Mereka mahu Islam, Datuk!”
“Islam ? ” keluh Datuk Dr. Johar. Digosok-gosok lagi matanya.
“ISLAM KAN TETAP DIJULANG WALAUPUN IA DITENTANG..ITULAH JANJI ILAHI”
“Pasakkan Sabat Teguhkan Istiqamah”
by http://muharikah.wordpress.com/2006/05/25/cerpen-menarik/