Dalam tulisannya, Andrew membahas
sejumlah masalah yang melilit Pulau Bali. Pulau yang menurut dia masih
menjadi tujuan wisata internasional, bahkan dianggap negara lain di
Indonesia.
Namun, Andrew menilai, infrastruktur
pulau kurang cepat mengantisipasi perubahan pariwisata Bali. Andrew
membuka tulisannya dengan kotornya pantai Kuta, salah satu lokasi
wisata paling ramai di Bali.
Musim hujan yang cukup deras di Bali
membuang sungai meluap. Alhasil sampah-sampah yang ada di sungai
terbawa ke laut. Termasuk kotoran manusia. Sampah-sampah itu lantas
berakhir di Pantai Kuta.
Ini membuat awal Maret lalu otoritas
Pantai Kuta melarang turis berenang di pantai tersebut lebih dari 30
menit. Khawatir terkena infeksi kulit. Selain masalah polusi di pantai,
lanjut Marshall, Bali juga mengalami problem kekurangan air, listrik
mati hidup, sampah yang berserakan, drainase, hingga kemacetan serta
kriminalitas.
Marshall menyandingkan kemacetan di
Bali menyerupai di Jakarta. Sementara soal kriminalitas yang menyasar
ke turis asing, sejak Januari lalu Polda Bali, menurut Marshall,
menerapkan tembak ditempat bagi kriminal.
Menurut Marshall, salah satu masalah
utama Bali adalah kebanyakan turis. Pada 2001, Bali didatangi 1,3 juta
turis asing. Sepuluh tahun kemudian, meski sudah ada Bom Bali I dan II,
turis yang datang ke Bali melesat mencapai dua juta orang per tahun.
Ini belum terhitung jutaan turis lokal.
Dampak dari turis ini adalah
pembangunan infrastruktur yang marak. Hotel dan pusat belanja tiba-tiba
muncul di mana-mana. Sebaliknya, pembangunan ini kurang
memperhitungkan infrastruktur pendukung seperti jalan, listrik,
selokan, parkir. “Infrastruktur Bali tidak bisa menyamai laju
pembangunannya,: kata Ron Nomura, Direktur Marketing Asosiasi Hotel
Bali.
By KumpulRame
1 komentar:
Udah :)
Posting Komentar