2. Eulis Atjih (1927)
3. Lily Van Java (1928)
4. Resia Boroboedoer (1928)
5. Setangan Berloemoer Darah (1928)
Film yang disutradarai oleh Tan Boen San, setelah pencarian di beberapa sumber, sinopsis film ini belum diketahui secara pasti.
6. Njai Dasima I (1929)
7. Rampok Preanger (1929)
Ibu Ining tidak pernah menduduki bangku sekolah, tahun 1920-an adalah seorang penyanyi keroncong terkenal pada Radio Bandung (NIROM) yang sering pula menyanyi berkeliling di daerah sekitar Bandung. Kemudian ia memasuki dunia tonil sebagai pemain sekaligus sebagai penyanyi yang mengadakan pagelaran keliling di daerah Priangan Timur. Main film tahun 1928 yang berlanjut dengan 3 film berikutnya. Film-film itu seluruhnya film bisu. Ketika Halimoen Film ditutup tahun 1932, hilang pulalah Ibu Ining dari dunia film. Namun sampai pecahnya PD II, ia masih terus menyanyi dan sempat pula membuat rekaman di Singapura dan Malaya. Pada tahun 1935 ia meninggal dunia dalam usia 69 tahun karena sakit lever.
8. Si Tjonat (1929)
Cerita dalam film ini berputar pada kisah seseorang yang dijuluki si Tjonat. Nakal sejak kecil, si Tjonat (Lie A Tjip) melarikan diri ke Batavia (Jakarta) setelah membunuh temannya. Di kota ini ia menjadi jongos seorang Belanda, bukannya berterima kasih karena mendapat pekerjaan, ia juga menggerogoti harta nyai tuannya itu. Tak lama kemudian ia beralih profesi menjadi seorang perampok dan jatuh cinta kepada Lie Gouw Nio (Ku Fung May). Namun cintanya bertepuk sebelah tangan, penolakan Gouw Nio membuatnya dibawa lari oleh si Tjonat. Usaha jahat itu dicegah oleh Thio Sing Sang (Herman Sim) yang gagah perkasa.
9. Si Ronda (1930)
Film
ini disutradaria oleh Lie Tek Swie & A. LOEPIAS (Director of
Photography), dan dibintangi oleh Bachtiar Efendy & Momo. Film ini
bercerita tentang kisah seorang jagoan perkelahian yang mengandung
unsur kebudayaan Cina.
10. Boenga Roos dari Tjikembang (1931)
Film
bersuara pertama di Indonesia, film ini menceritakan tentang hubungan
antar etnis Cina & pribumi. Dalam film ini, The Teng Chun
bertindak sebagai sutradara dan kamera. Cerita ini dikarang oleh Kwee
Tek Hoay dan pernah dipentaskan Union Dalia Opera pada 1927, meskipun
cuma ringkasan cerita saja, yaitu tentang Indo-Tiongha. Dan film ini
diberitakan oleh pengarangnya film Cina buatan Java ini adalah karya
Indo-Tiongha.
Tambahan :
Darah dan Doa (1950), film pertama Indonesia yang dibuat oleh orang Indonesia
Darah dan Doa (1950), film pertama Indonesia yang dibuat oleh orang Indonesia
Darah
dan Doa adalah sebuah film Indonesia karya Usmar Ismail yang
diproduksi pada tahun 1950 dan dibintangi oleh Faridah. Film ini
merupakan film Indonesia pertama yang sepenuhnya dibuat oleh warga
pribumi. Film ini ialah produksi pertama Perusahaan Film Nasional
Indonesia (Perfini), dan tanggal syuting pertama film ini 30 Maret
1950, yang kemudian dirayakan sebagai Hari Film Nasional. Kisah film
ini berasal dari skenario penyair Sitor Situmorang, menceritakan
seorang pejuang revolusi Indonesia yang jatuh cinta kepada salah
seorang Belanda yang menjadi tawanannya.
By STUDENO
2 komentar:
Pertamax g ya,, heheh nice post mas,,
@Wandari > aku mbak,, bukan mas :D
Posting Komentar